Di mana kah kita?


Halaman Disukai · 25 Maret 2016 · 

DI MANAKAH KITA?

Jika buku-buku yang kita baca menjadikan kita merasa lebih tahu daripada sesama..

Jika kajian-kajian yang kita hadiri membuat kita merasa telah pasti berada di jalan yang diridhai..

Jika dengan berada di jama’ah A, mengutip Syaikh B, dan menjadi murid Ustadz C menguarkan dalam dada kalimat, “Aku lebih baik daripada dia..”

Jika ‘ilmu & ‘amal yang kita raih menumbuhkan perasaan betapa berhaknya kita atas surga..

Mari kita simak satu kisah di antara berpuluh ribu kemuliaan para salafush shalih.

Adalah Al Imam Abul Faraj ibn Al Jauzy, rautan pena yang digunakannya untuk menulis dapat menyalakan perapian sebuah rumah selama berbulan-bulan. Jika jumlah halaman seluruh karya tulisannya yang sekira 2000 judul dibagi dengan umurnya sejak baligh, maka dihasilkan bilangan 40 halaman per hari.

Melalui dakwahnya, lebih dari 30.000 Yahudi dan Nasrani masuk Islam. Melalui mau’izhahnya, lebih dari 100.000 orang bertaubat dari dosa-dosa. Tapi adalah beliau berwasiat kepada para muridnya sambil menangis terisak-isak.

“Jika kalian telah masuk ke dalam surga Allah”, ujarnya di sela sesenggukan, “Sedang kalian tak mendapatiku ada di sana.. Maka tanyakanlah oleh kalian tentang diriku. Lalu katakanlah, ‘Ya Rabbi, sungguh hambaMu si fulan pernah mengingatkan kami tentang Engkau.. Maka angkatlah dia, sertakan bersama kami dengan rahmatMu.” Dan beliau semakin tersedu.

Yaa Rabbanaa.. Aina nahnu min akhlaqis salaf.. Di manakah kedudukan kami dibanding segala kebajikan yang mereka tebar dengan ilmu dan ‘amalnya; lalu di mana pula kami dibanding akhlaq dan ketawadhu’an mereka..

Renungan dari Perpustakaan Masjid Nabawi yang membuat hati kami bergoyah-gayih hingga kini..


Leave a Reply