Meyakinkan Mahasiswa Bahwa Mereka Mampu…


dari video TED : The power of believing that you can improve
Oleh Professor Carrol Dweck, Standford University
video dapat ditonton di: http://www.ted.com/talks/carol_dweck_the_power_of_believing_that_you_can_improve/transcript?language=en#t-574180

(0:12) Kekuatan kata “belum”

(0:14) Saya mendengar tentang sebuah sekolah di Chicago dimana para siswa harus melalui beberapa mata pelajaran untuk lulus, dan jika tidak lulus di satu pelajaran, mereka mendapat nilai “belum”. Dan saya berpikir itu luar biasa, karena jika anda gagal, anda pikir, saya bukan apa-apa, saya jalan ditempat Namun jika anda mendapat nilai “Belum”, anda mengerti bahwa anda berada pada kurva proses belajar. Hal itu membawa anda pada jalan menuju masa depan. Kata “Belum” memberi saya pemahaman mengenai peristiwa penting di awal karir saya,

(0:51) titik balik sebenarnya. Saya ingin melihat bagaimana anak-anak mengatasi tantangan dan kesulitan.Maka saya memberikan anak umur 10 tahun masalah yang sedikit sulit untuk mereka. Beberapa dari mereka secara tidak terduga menanggapinya dengan positif. Mereka berkata sesuatu seperti, “Saya suka tantangan,” atau, “kamu tahu, saya tadi berharap hal ini akan bersifat informatif.” Mereka paham bahwa kemampuan mereka dapat dikembangkan. Mereka memiliki apa yang saya sebutmindset berkembang (“growth mindset”). Namun siswa yang lain merasa masalah tersebut tragis, sebuah bencana berasal dari pola berpikir mereka yang lebih kaku (“fixed-mindset”), kecerdasan mereka telah terpaku pada suatu penilaian

(1:46) dan mereka gagal. Alih-alih menggunakan kekuatan konsep “masih belum” mereka terjebak dalam tirani konsep “sekarang”. Jadi apa yang mereka lakukan? Saya beritahu apa yang lalu mereka lakukan. Dalam sebuah penelitian, mereka berkata mungkin kali ini akan curang, alih-alih belajar lagi ketika mereka gagal dalam test. Dalam penelitian yang lain, setelah sebuah kegagalan, mereka mencari orang lain yang hasilnya jauh lebih buruk dari mereka sehingga mereka merasa lebih baik.Dalam satu penelitian ke penelitian lain, mereka lari dari kesulitan. Para peneliti mengukur aktifitas listrik di otak saat siswa diperhadapkan dengan sebuah kekeliruan. Gambar sebelah kiri adalah pola berpikir yang menetap (“fixed-mindset”). Tidak ada aktifitas apapun yang terjadi. Mereka lari dari kekeliruan. Mereka tidak melibatkan diri. Namun, di sebelah kanan adalah gambar otak siswa dengan cara berpikir pertumbuhan yang memiliki ide bahwa kemampuan dapat dikembangkan.

(2:57) Mereka melibatkan diri secara mendalam. Otak mereka menyala dengan “masih belum”. Mereka melibatkan diri secara mendalam. Mereka memproses kekeliruan tersebut. Mereka belajar darinya dan memperbaikinya. Bagaimana kita membesarkan anak-anak kita? Apakah kita membesarkannya untuk keadaan saat ini daripada untuk masa depan? Apakah kita membesarkan anak-anak yang terobsesi mendapat nilai A? Apakah kita membesarkan anak

(3:27) yang tidak tahu bagaimana memimpikan mimpi besar? Tujuan terbesar mereka mendapat nilai A selanjutnya

(3:35) atau nilai tes selanjutnya? dan apakah mereka membawa kebutuhan akan validasi yang terus-menerus dalam diri mereka ke kehidupan di masa depan? Mungkin karena para bos datang dan berkata pada saya, kita telah membesarkan sebuah generasi profesional muda yang tidak dapat melalui hari tanpa sebuah penghargaan. Jadi apa yang bisa kita lakukan? Bagaimana kita membangun jembatan menuju “masih belum”?

(4:08) Ini ada beberapa cara yang bisa kita lakukan. Pertama-tama, kita dapat memberi pujian secara bijak,bukan memuji kecerdasan atau bakat. Cara itu sudah gagal. Jangan lakukan hal itu lagi. Tetapi pujilah proses yang dilalui anak-anak tersebut: usaha mereka, strategi mereka, fokus mereka, ketekunan mereka, perkembangan mereka. Pujian akan proses tersebut menghasilkan anak-anak yang kuat dan tahan banting. Masih ada beberapa cara untuk menghargai sikap “masih belum”.Baru saja kami bekerja sama dengan pakar ilmu permainan

(4:45) dari Universitas Washington untuk membuat sebuah permainan matematika online yang memberi upah atas usahanya. Di permainan ini, siswa dihargai untuk usaha, strategi dan progres. Permainan matematika pada umumnya menghadiahi siswa yang menjawab dengan benar saat itu juga, namun permainan ini menghargai proses. Dan kami mendapat lebih banyak usaha, lebih banyak strategi,

(5:14) lebih banyak keterlibatan selama jangka waktu yang lama, dan lebih banyak ketekunan ketika mereka menghadapi masalah yang sangat sulit. Hanya kata-kata “masih” atau “belum”, kami menemukan, memberi anak-anak kepercayaan diri yang lebih,

(5:31) memberi mereka jalan menuju masa depan yang menghasilkan kegigihan yang lebih kuat dan kita sebenarnya bisa mengubah cara berpikir siswa. Dalam sebuah penelitian, kami mengajarkan mereka bahwa setiap kali mereka keluar dari zona nyaman untuk belajar sesuatu yang baru dan sulit, sel-sel neuron dalam otak mereka dapat membentuk jaringan baru yang lebih kuat dan sejalan dengan waktu mereka menjadi lebih pandai. Lihat apa yang terjadi: pada penelitian ini, para siswa yang tidak diajari cara berpikir berkembang tetap menunjukan penurunan nilai terhadap transisi sekolah yang sulit, tetapi mereka yang diajarkan pelajaran cara berpikir ini, menunjukkan peningkatan yang melambung dalam nilai-nilai mereka. Kami telah menunjukkannya saat ini,perkembangan semacam ini, melalui ribuan anak-anak, khususnya para siswa yang mengalami kesulitan. Mari kita berbicara mengenai kesetaraan. Di negara kami, ada kelompok murid yang kurang berprestasi, contohnya, anak-anak di dalam kota, atau yang ada dalam perlindungan suku asli Amerika. Dan prestasi yang kurang ini terjadi sudah sangat lama

(6:56) sehingga banyak orang berpikir hal ini tidak bisa dihindari. Namun jika para pendidik menciptakan ruang kelas dengan cara pikir berkembang yang berakar pada “masih belum”, kesetaraan terjadi.Dan berikut adalah beberapa contoh. Dalam satu tahun, sebuah kelas TK di Harlem, New Yorkmencapai angka 95 persen pada Tes Prestasi Nasional. Banyak dari anak-anak tersebut tidak dapat memegang pensil ketika masuk sekolah. Dalam satu tahun, siswa-siswa kelas empat di Bronx Selatan, yang tertinggal jauh,

(7:44) menjadi kelas empat nomer satu di negara bagian New York pada tes matematika. Dalam satu sampai satu setengah tahun, Siswa bersuku asli Amerika yang bersekolah di tempat perlindungan,beranjak dari level bawah wilayah mereka ke atas, dan wilayah tersebut termasuk bagian wilayah makmur di Seattle. Jadi anak-anak suku asli itu mengalahkan anak-anak Microsoft. Hal ini terjadi karena arti sebuah usaha dan tantangan telah mengalami transformasi.

(8:31) Sebelumnya, usaha dan tantangan membuat mereka merasa bodoh, membuat mereka merasa putus asa, Namun sekarang, usaha dan tantangan, itulah saat neuron mereka membangun sebuah jaringan baru, jaringan yang makin kuat. Saat itulah mereka menjadi semakin cerdas. Saya mendapat sebuah surat dari anak laki-laki usia 13 tahun. Ia berkata, “Salam Profesor Dweck,

(9:03) Saya menghargai bahwa tulisan anda berdasarkan pada penelitian ilmiah murni, oleh karena itu saya memutuskan untuk mempraktekannya. Saya memberi usaha lebih lagi untuk tugas sekolah, untuk hubungan saya dengan keluarga, dan hubungan saya dengan teman-teman di sekolah, dan saya mengalami perkembangan luar biasa di area-area tersebut. Sekarang saya menyadari bahwa saya telah menyia-nyiakan sebagian besar waktu di hidup saya.” Mari kita tidak menyia-nyiakan lagi kehidupan lainnya, karena begitu kita tahu bahwa kemampuan dapat begitu berkembang, hal ini menjadi hak asasi dasar manusia untuk anak-anak, semua anak, untuk hidup di tempat yang menciptakan perkembangan, untuk hidup di tempat dipenuhi dengan konsep “masih belum”. Terima kasih.

,

Leave a Reply