Mahasiswa yang Banyak, Sebagai Aset, Tidak Sebagai Beban


Pak anis (Salah seorang politisi Indonesia) pernah mengatakan, bahwa jumlah rakyat Indonesia yang banyak ini jangan dianggap sebagai beban, tapi anggaplah sebagai sumber daya, maka cara kita bertindak dan menyelesaikan permasalahan bangsa, akan berbeda.

Saya pikir, sama halnya pula dengan kampus dan fakultas. Jumlah yang demikian banyak dari mahasiswa fakultas kita jangan dianggap sebagai beban, tapi dianggap sebagai sumber daya. Beban akan terjadi bila mahasiswa berlaku sebagai liabilities, atau menghabiskan sumber daya kita, waktu, uang, dan lain-lain. Hal tersebut karena mahasiswa menyerap Value. Mari ubah menjadi mahasiswa sebagai sumber daya yang memberikan value untuk fakultas dan lingkungan.

Contoh kecil saja, misalnya saat mahasiswa mengerjakan Tugas Besar. Biasanya tugas besar ini hanya sebagai latihan mahasiswa, lalu jadi makalah, dan jadi tumpukan kertas, yang membuat dosen lelah memeriksa. Tapi saya belajar hal menarik dari pak Iqbal. Beliau mengumpulkan semua tugas besar matakuliah pengembangan produk menjadi satu “Design Book”. Design Book ini adalah value yang dihasilkan oleh mahasiswa. Dan bisa jadi dikonversi value tersebut menjadi sejumlah nilai uang lewat penjualan.

Pa Rino pernah mengatakan bahwa mimpinya, dengan ada keprofesian, mahasiswa itu bisa bekerja di sana dan menghasilkan uang untuk dirinya. Sehingga mahasiswa bisa membiayai diri sendiri. Lalu keprofesian pun menghasilkan dana untuk pembiayaan fakultas. Sehingga tuition fee bisa minimum. Maka saat kita merancang, menjalankan, dan mengevaluasi perkuliahan, kita perlu berpikir keras apa value yang dihasikan matakuliah tersebut.

Misal saat saya mengajar matakuliah OR. Maka tugas besar mahasiswa tidak boleh hanya jadi tumpukan kertas. Tapi harus jadi dibundle menjadi sebuah Jurnal atau proceeding. Itu yang dilakukan bu Nurdinintya saat memimpin matakuliah OR 1. Value apa lagi yang mungkin dihasilkan oleh matakuliah OR dan Simulasi? Model matematika yang dirancang mahasiswa dapat dibuat menjadi aplikasi lalu dijual melalui platform FORIO. Itu yang dilakukan MIT, oxford, Harvard. Mereka menjual aplikasi simulasi di platform FORIO. Atau setidaknya, setiap tugas dan tugas besar dari perkuliahan harus dapat menunjang proyek penelitian atau pengabdian masyarakat dosennya. Data yang didapat oleh mahasiswa dalam tugas besar dapat diolah ulang oleh dosen menjadi paper yang berbeda. Lalu paper tersebut dipublish, dan mahasiswa dapat keuntungan karena di portofolionya muncul pengalaman sebagai peneliti, meskipun sebagai penulis kedua.

Atau seperti matakuliah manajemen kualitas yang diampu oleh Bu Sri, Bu Marina, Pak Wiy dkk, mahasiswa harus membuat tugas matakuliah tersebut menjadi proposal PKM, tidak boleh hanya jadi tumpukan kertas. Dari perkuliahan bisa didapatkan value PKM yang harapannya mengharumkan nama universitas.

Saya pun sedang mencoba bahwa tugas besar matakuliah Proses Bisnis bisa sekalian mengerjakan sebuah proyek analisis proses di PD Pasar Kota Bandung, Sehingga setelah tugas besar selesai, mahasiswa bisa mendapatkan uang saku. Tapi rencana tersebut terkendala administratif. Atau di matakuliah pemodelan sistem, saya mengajak agar salah satu tugas perkuliahan tersebut, mahasiswa harus gotong royong mentrasnlate buku Jamshid garajhedaghi. Karena bukunya ada 400an halaman. Berarti masing-masing mahasiswa bertugas mentranslate satu halaman. Untuk lalu digabungkan dan dijadikan satu buku. Tujuannya dari perkuliahan pemodelan sistem, didapatkan value = Buku hasil translate. Tapi rencana tersebut belum terlaksana, karena perlu koordinasi lagi antara dosen pengampu. Nanti juga bukunya menjadi milik mahasiswa. Dan mahasiswa mendapatkan manfaatnya.

Kerja Praktek misalnya, apa value yang bisa didapatkan dari Kerja praktek dan gladi selain beban administrasi? Saat mahasiswa kerja praktek, mahasiswa dapat menjalin kerjasama dengan perusahaan, bisa mengkaji perusahaan lalu membuat real case study tentang perusahaan tersebut dan real case nya dijadikan sebagai bahan pembelajaran di kelas oleh dosen, bisa pula menganalisis kebutuhan perusahaan tersebut untuk lalu difollow up oleh keprofesian menjadi bentuk layanan jasa. Mahasiswa pun mendapat manfaatnya, bisa mempunyai hubungan yang hangat dengan perusahaan.

Bicara tentang sumber dana, memang ada solusi lainnya, Pak tedy sering menceritakan bagaimana spin off dari berbagai penelitian di NTU dan NUS. Dan spin off tersebut menjadi sebuah lembaga bisnis yang lalu membiayai kampus. Mahasiswa nantinya diharapkan bisa terlibat dalam lembaga bisnis hasil spin off tersebut.

Maka saat kita merancang perkuliahan, Selain menuliskan apa kompetensi yang didapat mahasiswa, saya rasa kita perlu juga menuliskan apa value yang dihasilkan matakuliah. Kita list saja: perkuliahan harus menghasilkan“Design book”, proceeding, data untuk jadi paper, aplikasi simulasi, pengerjaan proyek, proposal PKM, buku hasil translate, dan lain-lain. Maka itu diharapkan menjadi manfaat bagi kampus dan mahasiswa. Terutama akan menjadi manfaat bagi mahasiswa. Karena kata nabi, entitas terbaik adalah entitas yang paling bermanfaat bagi entitas lain.  Semoga menjadi tabungan amal kebaikan di akhirat.

,

Leave a Reply