Macet di Gardu Tol Bisa dihitung dan Bisa Dicegah


Bila macet tol brebes timur saat lebaran 2016 ini karena gerbang tol nya saja. Sebagaimana tertulis di berita ini: http://www.tribunnews.com/regional/2016/07/04/polisi-ungkap-penyebab-macet-parah-di-brebes-timur?page=2

Di teknik industry dipelajari bagaimana menghitung Jumlah gardu (gardu yang melayani) yang tepat supaya macetnya tidak mengular. Karena teknik industry itu mengkaji sistem yang terintegrasi manusia, mesin, material, dan metode. Objek kajiannya bisa pabrik manufaktur, bisa pula jalan tol karena di sana ada manusia, mesin mobil, metode tiket, dll.

 

Rumus dasar dari menghitung jumlah gardu yang terbaik adalah dengan prinsip jumlah mobil yang datang per menit harus lebih kecil dibandingkan jumlah mobil yang terlayani per menit per gardu dikali dengan jumlah gardu.

Kalau misal kita buat lambing dan symbol

jumlah rata-rata mobil yang datang per menit =

Jumlah rata-rata mobil yang dilayani per gardu per menit = µ

Jumlah gardu beroperasi = n

Maka rumusnya menjadi

< µ.n

 

Logika sederhana. Jumlah yang masuk harus lebih sedikit dari jumlah yang keluar, kalau tidak ya luber.. Kalau di jalan tol ya macet. Sama dengan “=” pun tidak boleh karena ada faktor probabilitas di sini (bisa jadi yang datang lebih tinggi dari itu).

 

Kita pun bisa memprediksi jumlah kendaraan yang mengantri dan lama waktu mengantri. Bila ingin memprediksi macet secara sederhana. Berdiri di pinggir jalan tol dengan berbekal stopwatch dan hitung jumlah kendaraan yang datang dalam satu menit. Lalu hitung juga jumlah mobil yang dilayani gerdu dalam satu menit. Lalu hitung dengan rumus tadi. Maka kita akan tahu, akankah terjadi horror macet di gerbang tol? Kalau mau melakukan studi yang lebih mendalam tentu harus mengambil datanya lebih banyak..

 

Rumus < µ.n bisa kita otak atik menjadi  /(µ.n) < 1 artinya perbandingan kedatangan dan pelayanan harus kurang dari satu..atau harus sekecil mungkin. Maka kita bisa katakana bahwa level kemacetan suatu sistem antrian adalah kemacetan = /(µ.n) Bagaimana cara supaya level kemacetan itu serendah mungkin? Kemacetan berbanding lurus dengan artinya semakin tinggi maka semakin macet, supaya ga macet kurangi arus kendaraan yang datang ()

 

Cara lainnya kita lihat µ itu berbanding terbalik dengan kemacetan. Artinya semakin tinggi µ semakin rendah kemacetan. Kalau ingin supaya ga macet, buat µ setinggi mungkin. Artinya buat jumlah kendaraan yang bisa lewat gardu per menitnya (µ) setinggi mungkin. Berarti pelayanan dari gardu tol harus cepat. Petugas pembayaran tol harus cekatan, atau  buat jadi otomatis, misalnya GTO (gardu tol otomatis). Bisa juga mempersingkat waktu  untuk pengambilan uang kembalian.

 

Tapi tentu kecepatan petugas gardu tol terbatas. Maka ada cara lain. Yaitu kita lihat  n berbanding terbalik dengan kemacetan. Semakin tinggi n semakin rendah kemacetan. Artinya kalau ingin supaya kemacetan hilang buat n setinggi mungkin, buat jumlah gardu yang beroperasi (n) setinggi mungkin. Maka bisa dengan cara menambah jumlah gardu pelayanan di jalan tol. Tentu ada trade off, ada buah simalakama. Kalau jumlah gardu terlalu banyak, memang ga macet, tapi biaya karyawan dan oeprasional gardu tol meningkat. Tapi kalau jumlah gardu terlalu sedikit, biaya operasional gardu toll memang kecil, biaya gaji karyawan kecil, tapi efeknya macet dan pelanggan kecewa. Nah di sini peran ilmu operational research, melakukan optimasi, mencari solusi yang optimum dari kondisi simalakama ini.

 

Bagaimana bila ruas jalan sempit, sehingga tidak bisa ditambah gardu tol lagi secara berjajar melebar?  Maka solusi yang bisa digunakan adalah dengan sistem tandem. Gardu tol nya berbaris memanjang ke belakang. Biasanya kan dalam satu ruas hanya ada satu gardu tol. Nah bisa saja dibuat memanjang sehingga dalam satu ruas ada 2 gardu yang dipasang serial. Misal di sebuah pintu keluar ada 3 ruas jalan, maka bisa dipasang 3 gardu tol berjajar, maka bisa ditambah tandem menjadi 2 per ruasnya. Total menjadi 6 gardu di tol tersebut.

 

Jadi sebenarnya kalau masalahnya karena gardu tol semata, solusinya ada, dan masyarakat bisa terbebas dari kemacetan (ilmu pengetahuan berkata begitu). Semoga sistem antrian kita semakin baik ke depannya. Karena antri adalah kegiatan yang tidak memberikan keuntungan, tidak memberikan value added, adalah sebuah pemborosan, adalah sebuah waste. Dan yang namanya waste harus dihilangkan, atau setidaknya diminimalisir.

 

Demikian penjelasan singkat tentang sistem antrian gardu tol. Dulu jadi tugas akhir sarjana saya, dibimbing oleh Bapak Sutarno. Kalau di Teknik Industri ITB, memang beliau yang mendalami keilmuan antrian ini https://www.flickr.com/photos/40583070@N00/264572578. Beliau membuat buku juga yang sangat mudah untuk dipahami. Tapi bila ingin mempelajari lewat website, saya rekomendasikan website ini:

http://people.revoledu.com/kardi/tutorial/Queuing/MMs-Queuing-System.html

meskipun menggunakan bahasa inggris tapi cukup jelas.


Leave a Reply