Antara Kompleksitas dan Kesabaran


Kita hidup dalam dunia yang complex
Kalau kata Harrel [1], komplesitas itu akibat 2 hal
1.Interdependensi (contoh: manusia yang satu dan manusia yang lain saling mempengaruhi)
2.Variabilitas (contoh: manusia kadang sedih, bahagia, usil, baik, dll)
Dua hal tersebut bercampur terjadilah kompleksitas

Perilaku yang menyebalkan dari seseorang akan mempengaruhi orang yang lain, lalu mempengaruhi orang lain lagi dan seterusnya.

Atasan memarahi karyawan, lalu karyawannya melampiaskan ke istrinya di rumah, istri melampiaskan ke anak, anak melampiaskan amarah ke kucing, kucing melampiaskan amarah ke kucing tetangga, kucing tetangga melampiaskan ke tikus, dan seterusnya sampai mikroorganisme terkecil akan terpengaruh. Ekosistem RT setempat pun terancam.

Maka menjadi logis kenapa agama memerintahkan “Sabar” agar hal negative yang kita terima tidak kita salurkan ke orang lain yang lalu menjadikan efek berantai sampai akhirnya membuat senja kian mendung. Dengan “sabar” maka efek negative akan berhenti di kita. Dan orang lain tak perlu kena getahnya. Bahkan kalau “sabar” nya itu semata-mata karena ketaatan kita pada Sang Pencipta, maka janji dari-Nya , kita patut diberi kabar gembira yang tidak disangka-sangka.
“dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”. (Qs Al Baqarah: 155)

Sebagaimana tulisan ustadz salim a fillah di buku “Dalam Dekapan Ukhuwah”:
“Berdirimu di waktu malam,sujudmu yang dalam
Mengokohkan hatimu melebihi gunung membiru
Lalu kau terima beban untuk mencintai semesta:
Membagi senyum ketika kau terluka,
Memberi minum ketika kau dahaga
Menghibur jiwa-jiwa ketika kau berduka”

, ,

Leave a Reply